Girls’ Generation (SNSD), Saya Belajar Banyak dari Mereka

Tidak bisa dipungkiri, saya pada awalnya
pun hanya memandang mereka sebelah mata. Sebagai sekumpulan gadis yang
memakai baju minim dan berlenggak-lenggok di panggung, memamerkan tubuh
seksi mereka. Saya membaca dari banyak artikel di internet yang isinya
menjelek-jelekkan mereka, mengatakan mereka hanya sekumpulan gadis tidak
punya sopan santun yang mendapatkan wajah cantik dan tubuh seksi dari
operasi plastik. Saya memang bukan tipe orang yang mudah percaya, tapi
bukan berarti juga saya sepenuhnya tidak percaya. Saya hanya berpikiran,
kalaupun memang mereka cantik dan bertubuh indah hasil dari operasi
plastik apa peduli saya, toh itu hak mereka dan mereka bekerja di depan
layar, saya rasa itu wajar saja jika mereka ingin tampil cantik. Tapi
kenapa banyak orang mempermasalahkan hal ini, sedangkan banyak
selebritis di Korea selain mereka juga melakukan hal yang sama? Ini
membuat saya semakin ingin tahu tentang mereka.
Ketika banyak orang mengatakan bahwa
mereka tidak punya sopan santun dan rasis, karena beberapa hal yang
mereka katakan di publik. Seperti ketika Tiffany mengoreksi perkataan
seorang senior di salah satu acara TV, atau ketika Taeyeon berkata bahwa
Rihanna adalah penyanyi berkulit hitam yang cantik. Tidak bisa
dipungkiri mereka juga manusia, menjadi idola bukan berarti mereka
adalah makhluk yang sempurna, mereka bukan Tuhan. Tapi suatu ketika pada
saat saya menonton salah satu acara radio talk show mereka, salah satu
staff yang pernah bekerja dengan mereka di belakang layar bercerita
lewat telepon,
“Pada saat awal karir mereka, kami
membuat mereka (SNSD) makan sambil duduk diatas meja sedangkan kami para
staff hanya duduk di lantai. Dan salah satu member menangis melihat
para staff makan sambil duduk di lantai. Mereka harus pergi rekaman
setelah itu tapi dia menangis. Lalu aku bertanya padanya kenapa dia
menangis dan dia bilang karena dia merasa bersalah melihat kami para
staff makan sambil duduk di lantai, aku sangat tersentuh. Dan dia adalah
Taeyeon.”
Itu pertama kalinya saya mendengar
seorang artis yang begitu memikirkan para staff-nya. Sebenarnya saya
tidak akan merasa heran kalaupun saya mendengar ada artis bertindak
arogan, apalagi mereka bukanlah artis biasa, mereka idola yang di
elu-elukan disana.
Dan ketika Yoona menjawab sebuah pesan
dari fans yang dikirimkan lewat UFO, sebuah layanan khusus yang
menyediakan komunikasi dua arah dari fans kepada idolanya dan
sebaliknya.
Fans: 22 Mei! Apakah kau siap bermain dengan SONE di antara lautan balon pink? Percayalah kepada SONE!
Yoona : Kali ini jangan bertengkar, ini adalah konser yang dinikmati oleh semua team.
22 Mei 2010 adalah tanggal dimana Dream
Concert 2010 digelar, sebuah pagelaran musik terbesar di Korea Selatan.
Semua artis akan berkumpul memeriahkan acara, dan tentu saja fans akan
datang untung menonton idolanya. Tapi setiap tahun selalu ada keributan
antar fans. SONE (baca: sowon), sebutan bagi fans SNSD, dan fans lainnya
seperti tidak akan pernah tenang menikmati konser tersebut. Selalu ada
oknum yang merusak suasana, selalu ada oknum yang menyulut perkelahian
antar fans, dan perkelahian antar fans selalu berujung membawa nama
buruk untuk idolanya, meskipun para idola seolah tidak terlalu ambil
pusing melihat fanwar-fanwar yang selalu terjadi tiap tahun ini. Dan
untuk pertama kalinya saya membaca pesan seorang idola kepada fansnya,
yang mengingatkan untuk tidak bertengkar dan membuat keributan pada saat
konser berlangsung. Seolah dia tidak tahu kalau banyak orang
menjelek-jelekkannya dan itulah sebab kenapa fans-nya marah dan
menyerang balik fans dari grup lain yang mengatai-ngatainya.
Para gadis ini tidak pernah menangis di
depan fans karena mereka ingin dikasihani. Mereka pernah menangis ketika
mereka bercerita tentang ibu mereka, ketika mereka merasa bersalah
karena menyakiti anggota mereka, ketika mereka sakit dan tidak bisa
tampil membuat mereka merasa bersalah karena mereka telah mengecewakan
fans mereka, dan ketika mereka terharu saat fans mereka memberi
kejutan-kejutan di saat konser. Tapi tidak pernah sekali pun saya
melihat mereka menangis karena mereka kecewa, atau ketika publik
memperlakukan mereka dengan buruk. Mereka sembilan orang perempuan, tapi
mereka mempunyai sense of responsibility yang besar. Mereka bekerja di
bidangnya, dengan banyaknya cercaan-cercaan yang mereka terima, namun
tidak pernah sekalipun mereka komplain. Mereka membuktikan kalau mereka
bisa berhasil dengan kerja keras dan percaya pada satu sama lain.
Dalam sebuah grup, apalagi yang berskala
besar seperti mereka, pasti ada satu-dua member yang bisa dikatakan
underrated, disini saya akan mengambil contoh Hyoyeon. Dia adalah dancer
utama di SNSD, tapi dia sangat jarang mendapat sorotan. Dia selalu
ditempatkan di ujung dalam foto grup, dia mendapat porsi paling sedikit
di lagu-lagu yang mereka nyanyikan, screen-time yang minim di setiap
music video, atau bahkan paling sedikit gambar dalam sebuah pictorial.
Tapi hebatnya dia tidak pernah sekalipun protes tentang hal itu, atau
paling tidak memperlihatkan kekecewaannya di publik. Saya katakan dia
hebat karena saya pernah sebelumnya melihat salah satu artis idola dari
grup lain yang juga senasib dengan Hyoyeon, tapi dia berulang kali
mengungkapkan kekecewaannya di acara-acara TV. Dan saya kembali belajar
bahwa apapun yang saya lakukan saya harus melakukannya dengan total,
optimis dan ikhlas, maka dengan begitu saya pun tidak akan menyesal pada
apapun hasilnya nanti.
Dan saya juga belajar dari seorang
Tiffany yang sering dicerca pada awal debutnya. Dia adalah seorang gadis
Korean-American yang pada usia 15 tahun nekat pergi ke Korea Selatan
untuk menjadi seorang trainee meskipun keinginannya sempat ditentang
keras oleh ayahnya. Menjadi seorang trainee bukan berarti nantinya
dipastikan dia akan debut dan menjadi artis, dan menjadi artis pun belum
tentu dia akan sukses. Tapi dengan kenekatannya, dan pasti dengan kerja
kerasnya, dia berhasil membuktikan pada semua orang bahwa apapun bisa
terjadi. Tiffany pergi ke Korea sendirian, dan disana dia menghadapi
tantangan seperti perbedaan budaya, tata krama dan bahasa. Begitu banyak
orang memojokkan dia di awal debutnya sebagai penyanyi, karena dia
‘berbeda’. Dan dia tidak pernah mengeluh atau membela diri. She took the judgement as her motivation to improve.
Dia tumbuh besar bersama cercaan-cercaan itu. Karena semakin orang
mencerca, dia akan semakin mencari dimana kekurangannya dan disitulah
dia akan mencoba untuk memperbaikinya.
“In life we’re tested by major
changes, delayed promises, impossible problems, unanswered prayers,
undeserved criticm, and even senseles tragedies. He (God) tests faith
through problems, hope by how we handle possessions, and love through
people”
- SNSD Tiffany, Thanks To Section of ‘Oh!’ the 2nd Album
Seorang Sooyoung yang baru-baru ini
terkena musibah kecelakaan ketika dalam perjalanan amal, dia membuat
video sendiri yang ditujukan kepada fans-nya, berisi ucapan terimakasih
dan permohonan maaf karena dia tidak bisa tampil bersama teman-temannya
di beberapa kesempatan, juga tulisan dalam berbagai macam bahasa yang
isinya “AKU BAIK-BAIK SAJA”. Dan Sunny, Jessica, Yuri, juga Seohyun,
mereka seperti tidak pernah berhenti membuat saya kagum. Mereka hebat
secara individual, dan ketika sembilan individu ini bersama saya melihat
mereka menjadi semakin kuat. Semakin hebat karena mereka tidak pernah
lupa berterimakasih pada orang-orang yang berjasa kepada mereka,
tindakan kecil seperti membuat video yang dilakukan Sooyoung membuat
para fans merasa dihargai.
Selama menjadi fans mereka, saya
benar-benar melihat mereka berkembang. Secara mental, secara emosional,
dan secara fisik. Mereka bukan lagi gadis yang bisa bernyanyi dan menari
dengan membawa lollipop seperti yang mereka lakukan tiga tahun yang
lalu. Melihat mereka berdandan dan berpakaian seksi diatas panggung
bukan hal yang wah lagi. Orang akan melihat itu sebagai sesuatu yang
tabu, atau bahkan “menjijikkan”. Tapi saya tahu mereka melakukan itu
karena itu pekerjaan mereka, mereka hanya memakai pakaian itu diatas
panggung, di luar panggung mereka adalah gadis-gadis dengan kepribadian
yang luar biasa.
Dari mereka saya belajar bagaimana
menjadi orang yang bisa menerima apa yang Tuhan berikan kepada saya,
saya belajar untuk menikmati apa yang saya lakukan, saya belajar untuk
menjadi orang yang tidak mudah komplain dan menyerah pada keadaan, saya
belajar untuk optimis, saya belajar bahwa semuanya tidak bisa kita
peroleh secara instan. Filosofi roda berputar benar-benar saya lihat
dari SNSD. Mereka meniti karir dari bawah, secara perlahan berputar
keatas, dan setelah mereka melewati puncak karir mereka, pasti suatu
saat mereka akan kembali jatuh kebawah, tapi saya yakin mereka akan
jatuh dengan indah mengingat kerja keras yang sudah mereka lakukan
selama ini. Saya tidak pernah menjadi fans dari suatu grup atau publik
figur lebih lagi satu tahun, tapi saya sudah dua tahun menjadi fans dari
SNSD. Ketika orang bertanya, kenapa saya, seorang cewek, malah menjadi
fans SNSD? Kenapa bukan fans dari boyband yang notabene ganteng-ganteng
itu? SNSD, mereka cantik, fisik mereka sempurna, tapi itu hanya nilai
plus dari mereka. Saya bukan lagi melihat mereka sebagai artis yang saya
elu-elukan dan saya cintai karena fisik dan talenta mereka, tapi saya
melihat mereka sebagai gadis-gadis yang luar biasa, yang bisa saya tiru
semangatnya dan bisa memberi contoh positif kepada saya. Saya bangga
saya mengenal mereka bukan hanya sebagai sosok idola, tetapi sebagai
individu-individu yang hebat.
Menjadi fans tidak harus latah dan harus
meniru idola kita 100%, kita bisa mengambil apa yang positif dari
mereka dan meninggalkan apa yang menurut kita kurang pantas untuk
ditiru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar